Penyakit HIV/AIDS: Penyebab, Gejala, Dampak Dan Pengobatan

Penyakit HIV/AIDS: Penyebab, Gejala, Dampak Dan Pengobatan
Ilustrasi virus HIV/AIDS | via: health.kompas.com

HIV adalah virus imunodefisiensi manusia yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Virus ini menyerang sel-sel darah putih yang disebut limfosit CD4 atau sel T-helper, yang memainkan peran penting dalam membantu tubuh melawan infeksi.

Ketika sistem kekebalan tubuh terganggu oleh HIV, tubuh menjadi rentan terhadap berbagai jenis infeksi dan kanker yang biasanya diatasi dengan mudah oleh orang yang memiliki sistem kekebalan yang sehat.

Jika tidak dilakukan pengobatan segera, HIV dapat berkembang menjadi AIDS, yang biasanya terjadi setelah beberapa tahun ke depan. AIDS adalah tahap lanjut dari infeksi HIV di mana sistem kekebalan tubuh sangat rusak sehingga rentan terhadap infeksi dan penyakit yang mematikan.

Terdapat obat-obatan yang tersedia yang dapat membantu mencegah perkembangan HIV, antara lain:

Obat antiretroviral (ARV) jenis obat-obatan yang tersedia untuk membantu mencegah perkembangan HIV dan AIDS. ARV bekerja dengan menghambat kemampuan virus untuk menggandakan diri dan merusak sistem kekebalan tubuh.

Terdapat beberapa jenis ARV yang berbeda, dan pengobatan ARV yang efektif biasanya melibatkan kombinasi beberapa jenis obat untuk membantu mencegah perkembangan virus dan menekan tingkat HIV dalam tubuh. Terapi kombinasi ARV juga disebut sebagai terapi antiretroviral (ART).

Dalam pengobatan HIV, terapi ART biasanya dimulai sesegera mungkin setelah diagnosis dan dilanjutkan seumur hidup. Pengobatan ART yang efektif dapat membantu menjaga tingkat HIV dalam tubuh di bawah ambang deteksi dan mengurangi risiko penyebaran virus ke orang lain.

Selain ARV, obat-obatan lain juga tersedia untuk membantu mengobati infeksi dan penyakit oportunistik yang mungkin terjadi pada orang yang hidup dengan HIV. Misalnya, obat-obatan untuk mengobati infeksi jamur, virus hepatitis, atau infeksi bakteri.

Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun ARV dapat membantu mencegah perkembangan HIV dan AIDS, obat ini bukan merupakan obat penyembuh dan tidak dapat menghilangkan virus sepenuhnya dari tubuh.

Gejala HIV/AIDS

Gejala HIV/AIDS
Ruam pada kulit yang menjadi salah satu gejala seseorang terkena HIV/AIDS | via mitrakeluarga.com 

Pada tahap awal setelah terinfeksi HIV, seseorang mungkin tidak mengalami gejala sama sekali atau hanya mengalami gejala ringan dan gejala seperti ini sering diabaikan. Gejala yang paling umum seperti flu, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan ruam kulit dalam rentang waktu beberapa minggu setelah terinfeksi.

Virus HIV tidak langsung aktif dalam tubuh selama beberapa tahun. Pada kurun waktu ini, seseorang mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, tetapi virus masih menyerang sistem kekebalan tubuh dan merusak sel-sel CD4.

Setelah beberapa tahun, virus HIV dapat menyebabkan gejala yang lebih serius dan infeksi yang lebih sering, termasuk:

  1. Demam yang tidak kunjung sembuh
  2. Berkeringat di malam hari
  3. Kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
  4. Pembengkakan kelenjar getah bening
  5. Kelelahan yang terus-menerus
  6. Diare yang berlangsung lebih dari beberapa minggu
  7. Ruam kulit
  8. Sariawan atau infeksi mulut yang terus-menerus
  9. Infeksi jamur pada kulit, kuku, atau mulut
  10. Infeksi bakteri pada paru-paru, saluran kemih, atau rektum
  11. Infeksi virus seperti herpes atau hepatitis

Ketika sistem kekebalan tubuh sudah rusak, seseorang dapat didiagnosis AIDS dan dapat mengalami gejala yang lebih serius, seperti:

  1. Infeksi oportunistik, seperti pneumonia atau tuberkulosis
  2. Kanker seperti sarkoma Kaposi atau limfoma
  3. Penyakit saraf seperti meningitis atau ensefalitis
  4. Penurunan kognitif dan masalah neurologis lainnya
  5. Kelemahan otot dan kehilangan koordinasi
  6. Masalah pencernaan seperti mual, muntah, atau diare yang kronis.

Gejala HIV/AIDS dapat bervariasi dari orang ke orang dan bahwa beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala sama sekali. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV adalah dengan melakukan tes HIV.

Pengobatan HIV/AIDS

Pengobatan HIV AIDS
Jenis obat yang harus dikonsumsi seseorang jika terkena HIV/AIDS | via downtoearth.org.in

Untuk saat ini, obat-obatan yang efektif tersedia untuk mengobati HIV biasanya melibatkan penggunaan kombinasi dari tiga obat antiretroviral (ARV) yang berbeda, yang bekerja untuk menekan replikasi virus HIV dalam tubuh.

Pengobatan HIV harus dimulai sesegera mungkin setelah diagnosis positif HIV. Pengobatan yang dimulai pada tahap awal infeksi HIV dapat membantu seseorang hidup lebih lama dan mengurangi risiko penularan virus ke orang lain.

Pengobatan HIV harus diawasi oleh dokter spesialis HIV dan harus dilakukan secara teratur serta tepat waktu untuk menjaga supresi virus HIV.

Pasien dengan HIV juga harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk memantau kesehatan umum dan mengidentifikasi komplikasi atau penyakit baru yang kemungkinan muncul.

Selain pengobatan obat-obatan ARV, seseorang dengan HIV juga harus mengadopsi gaya hidup sehat yang dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Gaya hidup sehat ini dapat meliputi makan makanan yang sehat, berolahraga secara teratur, menghindari rokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang, serta mendapatkan cukup istirahat dan mengurangi stres.

Penting untuk dicatat bahwa tidak ada obat yang bisa menyembuhkan HIV atau AIDS (sejauh ini belum ditemukan). Namun, dengan pengobatan yang tepat dan konsisten, orang yang terkena HIV juga dapat hidup sehat dan punya harapan hidup yang sama dengan orang yang tidak terinfeksi HIV.

Penyebab HIV/AIDS

HIV dapat menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh tertentu dari seseorang yang terinfeksi HIV. Cairan tubuh yang dapat menyebarkan HIV antara lain:

  1. Darah
  2. Air mani
  3. Cairan vagina
  4. Cairan anus
  5. ASI (Air Susu Ibu)

Beberapa cara umum penyebaran HIV:

  1. Melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan seseorang yang terinfeksi HIV
  2. Berbagi jarum suntik atau alat suntik lainnya dengan seseorang yang terinfeksi HIV
  3. Melahirkan bayi dari ibu yang terinfeksi HIV
  4. Menyusui bayi dari ibu yang terinfeksi HIV
  5. Menerima transfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi HIV (risiko ini sudah sangat minim di negara-negara maju karena adanya prosedur skrining yang ketat untuk memastikan keamanan transfusi dan transplantasi).

Tidak semua orang yang terkena virus HIV akan terinfeksi atau mengalami AIDS. Beberapa faktor, seperti kondisi kesehatan, kualitas perawatan medis, dan umur saat terinfeksi, dapat mempengaruhi bagaimana HIV mempengaruhi tubuh. Namun, risiko terinfeksi HIV dapat dikurangi dengan menghindari faktor risiko dan mengadopsi gaya hidup sehat.

Dampak HIV/AIDS Pada Kehidupan

Dampak HIV AIDS
Dampak penyakit HIV/AIDS pada kehidupan seseorang | via liputan6.com

HIV/AIDS dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan fisik dan mental seseorang, serta pada kehidupan sosial dan ekonomi mereka.

Dampak fisik termasuk penurunan sistem kekebalan tubuh yang dapat menyebabkan infeksi berulang, penyakit oportunistik, dan kanker.

Selain itu, HIV dan AIDS juga dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan, seperti stres, kecemasan, depresi, dan isolasi sosial. Stigma dan diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan HIV dan AIDS juga dapat menyebabkan tekanan mental yang tinggi.

Dampak ekonomi juga dapat dirasakan oleh orang yang hidup dengan HIV dan AIDS, terutama karena biaya perawatan medis yang tinggi dan kehilangan pendapatan akibat sakit atau diskriminasi di tempat kerja. Hal ini dapat menyebabkan kemiskinan dan ketidakstabilan keuangan yang serius.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan pencegahan HIV dan AIDS, serta memberikan dukungan dan perawatan yang memadai bagi orang yang hidup dengan kondisi ini.

Yang harus dilakukan agar tidak terjadi penularan HIV Aids

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran HIV dan AIDS:

  1. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual: Kondom adalah metode yang efektif untuk mencegah penularan HIV dan penyakit menular seksual lainnya selama hubungan seksual.
  2. Menghindari berbagi jarum suntik dan alat suntik lainnya: Orang yang menggunakan obat suntik harus menggunakan jarum suntik dan alat suntik yang baru dan tidak berbagi dengan orang lain.
  3. Mendapatkan pengobatan ARV jika terinfeksi HIV: Obat antiretroviral (ARV) dapat membantu menekan virus HIV dalam tubuh dan mencegah penyebarannya ke orang lain.
  4. Melakukan tes HIV secara rutin: Orang yang aktif secara seksual atau menggunakan obat suntik harus melakukan tes HIV secara teratur untuk mendeteksi apakah mereka terinfeksi dan memulai pengobatan sesegera mungkin jika positif.
  5. Memperhatikan risiko lainnya: Selain seks dan obat suntik, ada beberapa risiko lain yang dapat mempengaruhi penularan HIV, seperti tato dan piercing yang tidak steril dan prosedur medis yang tidak aman. Pastikan untuk mencari tahu tentang risiko ini dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat.
  6. Memberikan dukungan dan penghormatan kepada orang yang hidup dengan HIV dan AIDS: Menghilangkan stigma dan diskriminasi dapat membantu mendorong orang untuk mendapatkan pengujian dan perawatan yang tepat, dan memperkuat upaya pencegahan secara keseluruhan.

Dengan tindakan pencegahan ini, kita dapat membantu mengurangi penyebaran HIV dan AIDS juga turut memperkuat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

BPJS KIS BPJS-Kis.info adalah media yang membahas tentang informasi dan panduan mengenai BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Jaminan Hari Tua dan Kartu Indonesia Pintar.

Belum ada Komentar untuk "Penyakit HIV/AIDS: Penyebab, Gejala, Dampak Dan Pengobatan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel